Dengan berbagai
upaya, manusia mencoba mencari jawaban tersebut melalui segala hal yang
Dapat dijangkau akalnya. Dalam hal ini, segala hal yang dapat dijangkau
akal manusia tidak lepas dari : (1) alam semesta (al-kawn); (2) manusia
(al-insan); (3) kehidupan (al-hayah). Ketiga hal inilah yang dijadikan objek /
media berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.
Pemecahan yang benar atas
masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan
menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan serta hubungan ketiga
nya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Islam telah
memberikan jawaban melalui proses berpikir yang jernih,meyeluruh,benar; sesuai
dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Proses
pencarian kesahihan jawaban `uqdah al-kubra` itu adalah sebagai berikut.
A.
Proses Keimanan kepada Al-khaliq ( Sang Pencipta)
Islam menjawab
bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-khaliq
(sang pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada.
Al-khaliq itu bersifat al-wujud (wajib/pasti adanya). Ia pun bukan mahluk
karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri nya bukanlah
makhluk. Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya pencipta yang
menciptakannya dapat diterangkan sebagai berikut.
Segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh akal terbagi dalam tiga unsur: manusia, alam semesta dan
kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas dan bersifat lemahh (tidak dapat
berbuat sesuuatu dengan dirinya sendiri,peny.), serba kurang dan membutuhkan
yang lain. Misalnya manusia. Ia terbatas karena tumbuh dan berkembang
bergantung pada segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat
dilampauinya lagi. Oleh karena itu, jelas ia bersifat terbatas, mulai dari
`ketiadaannya` sampai batas waktu yang tidak bisa dilampauinya lagi. Begitu pula
halnya dengan kehidupan (nyawa); ia bersifat terbatas, karena penampakan /
perwujudannya bersifat individual semata
Jika sesuatu itu bersifat
terbatas, akan didapati bahwa segala hal tersebut tidak azali (tidak berawal
dan tidak berakhir). Sebab, jika ia azali, bagaimana mungkin ia bersifat
terbatas? Tidak boleh tidak, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan
adanya `sesuatu yang lain`. Sesuatu yang lain inilah yang dinamakan Al-Khaliq,
yang menciptakan manusia kehidupan dan alam semesta.
Dalam menentukan sifal
Al-khaliq (Pencipta) ini tentu saja hanya adda tiga kemungkinan, Pertama: Ia
diciptakan oleh yang lain. Dengan pemikiran `aqliyah yang jernih dan mendalam,
akan dipahami bahwa kemungkinan ini batil (tidak dapat diterima oleh akal ).
Sebab, jika ia diciptakan oleh yang lain maka ia makhluk dan bersifat terbatas,
yaitu membutuhkan yang lain untuk mengadakannya.
Kedua : Ia menciptakan
diri nya sendiri. Kemungkinan kedua ini pun batil. Sebab,dengan ia akan menjadi
makhluk dan khaliq pada saat yang bersamaan. Jelas ini tidak dapat diterima
oleh akal.
Ketiga : Ia bersifat azali
dan wajib al-wujud dan mutlak keberadaannya. Setelah dua kemungkinan dii atas
dinyatakan batil, maka hanya tinggal satu kemungkinan lagi dan hanya
kemungkinan yang ketigalah yyang sahih, yakni Al-khaliq itu tidak boleh tidak
harus bersifat azali dan wajib al-wujud serta mutlak adanya. Dialah Allah SWT.
Sesungguhnya bagi setiap orang yang mempunyai akal, hanya
dengan perantara wujud benda-benda yang dapat diinderanya, ia dapat memahami
bahwa di balik benda-benda itu terdapat Pencipta yang telah menciptakannya.
Dengan memahami bahwa semua benda-benda tadi bersifat serba kurang, sangat
lemah dan membutuhkan yang lain, maka semua itu hanyalah makhluk. Karenanya,
untuk membuktikan adanya Pencipta Yang Maha Pengatur sebenarnya cukup hanya
dengan mengamati segala sesuatu yang ada di alam semesta, kehidupan, dan di
dalam diri manusia itu sendiri.
0 komentar
Posting Komentar