Minggu, 06 Agustus 2017

Pemecahan Sahih `Uqdah al-Kubra`

https://materidasarislammuslim.blogspot.co.id/
Dengan berbagai upaya, manusia mencoba mencari jawaban tersebut melalui segala hal yang
Dapat dijangkau akalnya. Dalam hal ini, segala hal yang dapat dijangkau akal manusia tidak lepas dari : (1) alam semesta (al-kawn); (2) manusia (al-insan); (3) kehidupan (al-hayah). Ketiga hal inilah yang dijadikan objek / media berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.

            Pemecahan yang benar atas masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan serta hubungan ketiga nya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Islam telah memberikan jawaban melalui proses berpikir yang jernih,meyeluruh,benar; sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Proses pencarian kesahihan jawaban `uqdah al-kubra` itu adalah sebagai berikut.

A.    Proses Keimanan kepada Al-khaliq ( Sang Pencipta)

Islam menjawab bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-khaliq
(sang pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada. Al-khaliq itu bersifat al-wujud (wajib/pasti adanya). Ia pun bukan mahluk karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri nya bukanlah makhluk. Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya pencipta yang menciptakannya dapat diterangkan sebagai berikut.

            Segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal terbagi dalam tiga unsur: manusia, alam semesta dan kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas dan bersifat lemahh (tidak dapat berbuat sesuuatu dengan dirinya sendiri,peny.), serba kurang dan membutuhkan yang lain. Misalnya manusia. Ia terbatas karena tumbuh dan berkembang bergantung pada segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat dilampauinya lagi. Oleh karena itu, jelas ia bersifat terbatas, mulai dari `ketiadaannya` sampai batas waktu yang tidak bisa dilampauinya lagi. Begitu pula halnya dengan kehidupan (nyawa); ia bersifat terbatas, karena penampakan / perwujudannya bersifat individual semata

            Jika sesuatu itu bersifat terbatas, akan didapati bahwa segala hal tersebut tidak azali (tidak berawal dan tidak berakhir). Sebab, jika ia azali, bagaimana mungkin ia bersifat terbatas? Tidak boleh tidak, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan adanya `sesuatu yang lain`. Sesuatu yang lain inilah yang dinamakan Al-Khaliq, yang menciptakan manusia kehidupan dan alam semesta.

            Dalam menentukan sifal Al-khaliq (Pencipta) ini tentu saja hanya adda tiga kemungkinan, Pertama: Ia diciptakan oleh yang lain. Dengan pemikiran `aqliyah yang jernih dan mendalam, akan dipahami bahwa kemungkinan ini batil (tidak dapat diterima oleh akal ). Sebab, jika ia diciptakan oleh yang lain maka ia makhluk dan bersifat terbatas, yaitu membutuhkan yang lain untuk mengadakannya.

            Kedua : Ia menciptakan diri nya sendiri. Kemungkinan kedua ini pun batil. Sebab,dengan ia akan menjadi makhluk dan khaliq pada saat yang bersamaan. Jelas ini tidak dapat diterima oleh akal.

            Ketiga : Ia bersifat azali dan wajib al-wujud dan mutlak keberadaannya. Setelah dua kemungkinan dii atas dinyatakan batil, maka hanya tinggal satu kemungkinan lagi dan hanya kemungkinan yang ketigalah yyang sahih, yakni Al-khaliq itu tidak boleh tidak harus bersifat azali dan wajib al-wujud serta mutlak adanya. Dialah Allah SWT.

Sesungguhnya bagi setiap orang yang mempunyai akal, hanya dengan perantara wujud benda-benda yang dapat diinderanya, ia dapat memahami bahwa di balik benda-benda itu terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Dengan memahami bahwa semua benda-benda tadi bersifat serba kurang, sangat lemah dan membutuhkan yang lain, maka semua itu hanyalah makhluk. Karenanya, untuk membuktikan adanya Pencipta Yang Maha Pengatur sebenarnya cukup hanya dengan mengamati segala sesuatu yang ada di alam semesta, kehidupan, dan di dalam diri manusia itu sendiri.


0 komentar

Posting Komentar