Memang benar,
iman kepada yang maha pengatur ini merupakan suatu hal yang fitri dalam diri
setiap manusia. Akan tetapi, iman yang fitri ini hanya muncul dari perasaan
hati yang ikhlas belaka, proses semacam ini tidak biasa di anggap aman serta
tidak akan membawa suatu ketetapan/keyakinan jika di tinggalkan (tanpa di
kaitkan dengan akal) sebab, perasaan hati semacam ini sering menambah nambah
apa yang di Imani dengan sesuatu yang di realistis, bahkan mengkhayalkan nya
dengan sifat sifat tertentu yang lazim terhadap apa yangia Imani sehingga dapat
menjerumuskan kea rah kekufuran dan kesesatan penyembahan berhala dan khurafat
(cerita bohong) tidak lain merupakan akibat salah nya perasaan hati. Maka dari
itu, islam tidak membiarkan perasaan hati ini sebagai satu satu nya jalan
menuju iman.
Islam menegaskan penggunaan akal bersama
sama dengan perasaan hati dan mewajibkan setiap muslim untuk menggunakan akal
nya dalam beriman kepada allah swt serta melarang bertaklid dalam urusan
akidah. Untuk ini islam telah menjadikan akal sebagai timbangan dalam beriman
kepada allah, sebagai mana firman nya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih-bergantinya malam
dan siang hari terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (TQS. Ali Imran [3]: 190 )
0 komentar
Posting Komentar